Rumah Adat Melayu Atap Lontik Riau
Abstract
Arsitektur melayu memiliki tipologi yang sangat banyak, diantaranya rumah melayu Limas di
Pekanbaru, rumah Lontiak di Kampar, rumah Begonjong di Gunung Toar, rumah beratap Layar dan
Bersayap di Sentajo, rumah Melayu Peranakan (campuran etnis China) di Bagan Siapiapi dan Selat
Panjang, serta beberapa tipikal rumah melayu di daerah lainnya. Rumah Lontiak Melayu Majo
merupakan salah satu bangunan tradisional yang ada di kabupaten Kampar. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Teori tentang arsitektur Melayu dan ornamen bangunan Melayu sebagai background knowledge
dengan didukung informasi yang diperoleh dari sumber-sumber dan pelaku kegiatan di dalam
lingkup penelitian. Objek pengamatan dalam penelitian ini adalah rumah Melayu Atap Lontik.
Pengumpulan data melaui tinjauan pustaka dan kajian literatur serta melihat teori-teori dan konsep
rumah melayu. Rumah Lontik disebut juga Rumah Lancang atau Pencalang. Nama Lontik diberikan
menurut bentuk perabung atapnya yang lentik ke atas, sedangkan nama Lancang atau Pencalang
karena bentuk hiasan kaki dindingnya berbentuk perahu atau Pencalang. Susunan ruangan pada
rumah Lontik berjumlah tiga, sesuai dengan ungkapan alam nan tigo yaitu tata pergaulan dalam
kehidupan masyarakat. Pertama pergaulan antara sesama warga kampung yang disebut alam
berkawan, terbatas pada tegur sapa dilambangkan dalam ruangan muka, kedua alam bersanak yaitu
pergaulan antar kaum kerabat dan keluarga. Dilambangkan dengan ruang tengah dan ketiga alam
semalu yaitu kehidupan pribadi dan rumah tangga yang dilambangkan dengan ruang belakang.