Analisis Faktor-Faktor Resistensi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Metro
Abstract
Dalam penelitian ini membahas tentang Resistensi yang dilakukan oleh Narapidana di Lembaga
Pemayarakatan kelas IIA Metro. Sering terjadinya kasus kerusuhan sampai pembakaran Lapas di
Indonesia serta kondisi lapas yang penuh sesak karena kelebihan kapasitas yang disebabkan oleh
tingginya tingkat kejahatan di indonesia. Seseorang yang melakukan tindak kejahatan kosekuensinya
dipidana di Lembaga Pemasyarakatan dan akan mengalami hilangnya kemerdekaan kebebasan
bergerak dan pesakitan-pesakitan lainya akibat pemenjaraan sehingga narapidana akan berusaha
mengurangi pesakitan-pesakitan ini dengan melakukan resistensi terhadap pihak Lapas khususnya di
lokus penelitian yakni Lapas Metro. Sehingga penulis mengambil rumusan masalah bagaimana
bentuk-bentuk resistensi yang dilakukan Narapidana dalam menjalani kehidupan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Metro. Tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan
menemukan secara jelas bagaimana bentuk-bentuk resistensi yang dilakukan Narapidana di Lapas
Metro. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Resistensi oleh James C Scott dan Teori pola
adaptasi oleh Robert K merton dengan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif dan teknik
pengumpulan data yang dipergunakan yaitu kepustakaan dan penelitian lapangan berupa
wawancara dan observasi serta dokumentasi. Bentuk resistensi yang dilakukan oleh Narapidana di
Lapas Metro terbagi atas resitensi terbuka dan resistensi tertutup. Bentuk resistensi terbuka berupa
penyerangan terhadap petugas, protes, kerusuhan, lobi-lobi 86, berbohong/alibi, tidak mengikuti
pembinaan, penghormatan semu dan berpurapura. Sedangkan bentuk resistensi tertutup berupa
pergunjingan, penyeludupan,peredaran dan menyembunyikan barang terlarang, penyimpangan
seksual sampai upaya pelarian. Resistensi ini merupakan bagian daripada pola adaptasi yang
kebanyakan bersifat menyimpang.