Reaktualisasi Siri’ sebagai Pembelajaran Nilai Pada Kepemimpinan Masyarakat Bugis-Makassar
DOI:
https://doi.org/10.31004/innovative.v4i3.10588Abstract
Siri’ bagi masyarakat Bugis-Makassar dapat dimaknai sebagai harga diri, makanya suku Bugis-Makassar sangat menjunjung tinggi siri’. Meski demikian, eksistensi budaya siri’, semakin memudar karena pengaruh perubahan sosial budaya. Seringkali siri’ digandengkan dengan kata siri’ na pesse (Bahasa Bugis) atau siri’ na pacce (Bahasa Makassar), yang berarti penegakan rasa malu (harga diri) dan kokoh pendirian. Pesse atau pacce sebagai landasan solidaritas pada individu masyarakat Bugis-Makassar dengan menunjuk empat prinsip yakni; (1) getting/tantang artinya tegas, (2) lempu’ artinya lurus dalam hal ini jujur, (3) acca artinya pintar, (4) warani artinya berani. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan studi literatur yang relevan. Kemudian melakukan observasi di daerah Bone dan Makassar. Selanjutnya melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat, akademisi dan budayawan dari Suku Bugis-Makassar. Tidak terbantahkan, jika siri’ semakin dibayang-bayangi prilaku yang berbanding terbalik yaitu prilaku mappaka siri’-siri’, (memalukan). Penegakan budaya siri’ dibutuhkan konsistensi dengan memegang teguh siri’. Namun prilaku mappaka siri’-siri’, juga seakan menjadi perbuatan yang dibiarkan dan dibenarkan.