Pengaruh Suhu Penetas Yang Berbeda Terhadap Fertilitas, Bobot Tetas, Dan Dead In Shell Telur Itik
DOI:
https://doi.org/10.31004/innovative.v5i4.21140Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu penetasan yang berbeda terhadap fertilitas, bobot tetas, dan tingkat kematian embrio dalam cangkang (dead in shell) pada telur itik. Penelitian dilaksanakan di Desa Benteng, Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidenreng Rappang pada bulan Maret–Mei 2025. Sebanyak 84 butir telur itik digunakan sebagai sampel, yang dibagi dalam tiga perlakuan suhu penetasan, yaitu P1 (35–36°C), P2 (37–38°C), dan P3 (39–40°C), dengan masing-masing perlakuan diulang empat kali. Data dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan diuji dengan analisis ragam (ANOVA), dilanjutkan dengan uji BNT apabila terdapat pengaruh nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan suhu penetasan berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati. Suhu inkubasi 37–38°C (P2) menghasilkan fertilitas tertinggi (96,43%), bobot tetas rata-rata terbaik (43,18 gram), dan tingkat dead in shell terendah (10,72%). Suhu rendah (35–36°C) menghasilkan fertilitas dan bobot tetas lebih rendah, sedangkan suhu tinggi (39–40°C) secara signifikan meningkatkan angka kematian embrio (78,57%) dan menurunkan bobot tetas (18,00 gram). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa suhu penetasan optimal untuk meningkatkan fertilitas, bobot tetas, serta menekan angka kematian embrio pada telur itik adalah 37–38°C. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam pengelolaan mesin tetas guna meningkatkan produktivitas peternakan itik secara efisien dan berkelanjutan.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Satria Pratama Ashary, Muh. Irwan, Armayani M

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.










